Alami Gizi Buruk, 5 Juta Anak Indonesia Terancam Kehilangan Daya Saing




BAB I
PENDAHULUAN


Dalam 15 tahun mendatang sebanyak lima juta anak Indonesia terancam kehilangan daya saingnya bila kasus gizi buruk di Tanah Air tidak segera ditanggulangi.

"Kita memang belum melakukan penelitian tentang itu, tapi dengan melihat besaran masalah yang ada sekarang, maka kalau tidak segera ditanggulangi mereka akan kehilangan kesempatan untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas," kata Kepala Subdit Bina Kewaspadaan Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Tatang S Falah di Jakarta, Kamis (27/4).

Ia menjelaskan, gizi buruk merupakan gejala yang terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula.

Masalah gizi, menurut dia, berkaitan erat dengan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) pada masa mendatang.

Anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk, menurut dia, tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. "Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak-anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak akan mampu bersaing," jelasnya.

Supaya hal itu tidak terjadi, ia melanjutkan, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menurunkan angka gizi buruk di Tanah Air. "Kita berusaha menurunkan jumlah anak dengan gizi kurang dari 27,5 persen saat ini menjadi 20 persen pada 2009 nanti," katanya.

Guna mencapai target nasional itu, kata Falah, pemerintah telah membuat Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi yakni sistem informasi yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi di wilayahnya.

Melalui sistem itu pemerintah daerah akan mengumpulkan, menyajikan serta mengkaji data tentang pangan dan gizi di wilayahnya untuk mengetahui kondisi status gizi masyarakatnya.

Data itu selanjutnya akan digunakan pemerintah pusat sebagai acuan untuk menyusun program penanggulangan masalah gizi nasional. "Pemerintah daerah bisa memantau kondisi kesehatan serta gizi masyarakat di wilayahnya dengan memberdayakan masyarakat. Posyandu harus diperkuat agar mampu mendeteksi dan menangani kasus-kasus gizi buruk dan kurang secara cepat," katanya.

Selain itu pemerintah juga telah membuat Rancangan Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk pada Juli 2005.

Aksi itu dilakukan dengan memberikan makanan tambahan kepada balita, fortifikasi (pengayaan) nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi dan melakukan revitalisasi Posyandu.

Namun upaya-upaya tersebut hingga saat ini belum dapat menanggulangi masalah-masalah gizi buruk di Tanah Air, kasus-kasus gizi buruk masih dilaporkan terjadi di berbagai daerah.

Data dari Departemen Kesehatan menyebutkan pada 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3 persen kabupaten dan 56 persen kota di Indonesia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada 2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5 persen) kurang gizi dimana 3,5 juta (19,2 persen) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3 persen) sisanya mengalami gizi buruk.

Sementara menurut pengelompokkan prevalensi gizi kurang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47 persen) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk.

Menurut Falah hal itu diantaranya terjadi karena belum semua kepala daerah mempunyai komitmen untuk mengatasi masalah tersebut. Padahal, ia melanjutkan, untuk menanggulangi masalah gizi buruk diperlukan upaya yang terpadu dan berkesinambungan dari semua pihak, utamanya pemerintah daerah.

"Karena perawatan atau usaha yang bersifat kuratif lainnya tidak akan berarti kalau tidak ada upaya preventif," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan pula bahwa faktor-faktor lain seperti pola pengasuhan, tingkat pendidikan ibu dan faktor sosial budaya dalam masyarakat juga menjadi penyebab timbulnya masalah gizi dalam masyarakat.

Oleh karena itu, ia menambahkan, semua komponen dalam masyarakat harus bekerja bersama untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi di Tanah Air.
take of : mediaindo.co.id


BAB II

ISI


Keluarga dikatakan kadarzi, bila dapat melaksanakan seluruh perilaku tersebut. Bila salah satu perilaku belum dapat dilaksanakan, maka keluarga tersebut belum Kadarzi

Yang perlu disampaikan agar keluarga biasa makan beraneka ragam makanan
  1. Pengertian aneka ragam makanan yaitu :
    Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan. Dari tiap kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak jenisnya makin baik. Adapun 4 kelompok bahan makanan tersebut adalah :
    1. Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras, jagung, ubi, singkong, mie, dan lain-lain.
    2. Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan, tahu, dll.
    3. Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur : bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, nanas dan lain-lain.
  2. Manfaat makan aneka ragam makanan, yaitu : Untuk melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan terhindar dari penyakit kekurangan gizi.
  3. Akibat tidak makan aneka ragam makanan, yaitu : Tubuh kekurangan zat gizi tertentu dan lebih mudah terserang penyakit dan khusus balita pertumbuhan dan kecerdasannya terganggu.
  4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan aneka ragam makanan, yaitu :
    1. Jelaskan tentang pentingnya makan aneka ragam makanan pada kesehatan, pertumbuhan dan kecerdasan.
    2. Memanfaatkan pekarangan disekitar rumah dengan menanam tanaman, beternak ayam, bebek, ikan dan lain-lain agar dimakan oleh anggota keluarga dan hasil pekarangan juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
    3. Mengupayakan bantuan dari sektor pertanian, untuk mengusahakan penggunaan lahan pertanian secara gotong royong bagi keluarga yang tidak mempunyai pekarangan.
    4. Anjurkan ibu untuk masak aneka ragam dengan menu yang disukai oleh anggota keluarga.
    Nikmatilah aneka ragam makanan yang tersedia.
Kriteria Keluarga mandiri Sadar Gizi
  1. Biasa makan beraneka ragam makanan.
  2. Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat badan), khususnya balita dan ibu hamil.
  3. Biasa menggunakan garam beryodium
  4. Memberi dukungan kepada ibu melahirkan agar memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan.
  5. Biasa makan pagi.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar memantau pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anggota keluarganya.
  1. Pengertian pertumbuhan, yaitu bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu.
  2. Pengertian perkembangan, yaitu bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
  3. Pengertian memantau pertumbuhan dan perkembangan kesehatan, yaitu : mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil.
  4. Kegunaan memantau kesehatan dan pertumbuhan yaitu : a. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita. b. Mencegah memburuknya keadaan gizi c. Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan Bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. d. Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut.
  5. Akibat bila tidak memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, yaitu : ¨ Tidak mengetahui perkembangan pertumbuhan bayi, anak balita dan janin secara normal. ¨ Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita, dan ibu hamil, misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan lain.
  6. Tindakan yang perlu dilakukan oleh masyarakat:
    1. Bila keluarga belum memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya:
      1. Anjurkan kepada anggota keluarga/ibu menimbang bayi dan anak balitanya setiap bulan ke Posyandu. Bila berat badan anak turun atau tidak naik, maka anjurkan orang tua/ibu untuk memeriksakan anaknya ke Petugas kesehatan di meja 5 Posyandu atau Puskesmas terdekat.
      2. Anjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesegera mungkin ke petugas kesehatan secara teratur, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan. Bila ibu hamil terlihat kurus, maka anjurkan ibu tersebut untuk makan 1-2 piring lebih banyak dari biasanya, dan minum tablet tambah darah setiap hari 1 tablet, sedikitnya 90 tablet selama masa kehamilan. Selain minum tablet tambah darah, ibu dianjurkan makan-makanan sumber zat besi seperti : ikan, telur, tempe, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
    2. Bagaimana cara menemukan balita gizi buruk? Penemuan kasus balita gizi buruk dapat dimulai dari:
      1. Keluarga : melihat anak semakin kurus.
      2. Posyandu : penimbangan bulanan di Posyandu
    3. Penanggulangan masalah gizi tingkat keluarga:
      1. Ibu membawa anak untuk ditimbang di Posyandu secara teratur
      2. Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 4 bulan
      3. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun
      4. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatana anak.
      5. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluaraga lainnya.
      6. Ibu memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila anak balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan.
    4. Penanggulangan masalah gizi tingkat Posyandu:
      1. Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di Posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS.
      2. Kader memberikan nasehat padaorang tua balita untuk memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak usia 2 tahun.
      3. Kader memberikan penyuluhan MP-ASI sesuai dengan usia anak serta makanan beraneka ragam untuk anggota keluarga lainnya.
      4. Bagi anaka dengan berat badan tidak naik ("T") diberikan penyuluhan gizi dan PMT Penyuluhan.
      5. Kader memberikan PMT Pemulihan bagi balita dengan "3T" dan "BGM" (Bawah Garis Merah).
      6. Kader merujuk balita ke Puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
      7. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan balita.
  7. Hal-hal lain yang perlu diketahui keluarga mengenai pertumbuhan bayi dan balitanya:
    1. (BGM) : yaitu bila berat badan bayi / balita berada di bawah Garis merah pada KMS. Ini berarti bayi / balita tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus.
    2. Gizi Buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga secara klinis terdapat dalam 3 tipe yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmus-Kwashiorkor.
Tanda-tanda Kwashiorkor:
  1. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada punggung kaki.
  2. Wajah membulat dan sembab
  3. Pandangan mata anak sayu.
  4. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.
  5. Rambut berwarna pirang, kusam dan mudah dicabut.
  6. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk.
  7. Gangguan kulit berupa bercak merah coklat yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas.
  8. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
  9. Sering disertai infeksi, anemia dan diare/mencret.
Tanda-tanda Marasmus:
  1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
  2. Wajah seperti orang tua.
  3. Cengeng, rewel.
  4. Perut cekung.
  5. Kulit keriput.
  6. Sering disertai diare kronik atau susah buang air besar.

Tanda-tanda Marasmic-Kwashiorkor:
Merupakan gabungan tanda-tanda kedua jenis tersebut diatas.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar menggunakan/ masak dengan garam beryodium.
  1. Pengertian garam beryodium, yaitu : garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis "garam beryodium".
  2. Kegunaan garam beryodium, yaitu : mencegah terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
  3. Akibat tidak menggunakan /masak dengan garam beryodium, yaitu terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan :
    1. Membesarnya kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang.
    2. Pertumbuhan anak tidak normal yang disebut kretin/kerdil.
  4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan/masak dengan garam beryodium, yaitu :
    1. Anjurkan keluarga agar selalu makan/masak dengan garam beryodium.
    2. Jelaskan kepada keluarga bagaimana membedakan garam beryodium dan garam tidak beryodium dengan menggunakan test kit yang disebut Yodina test (dapat dibeli di apotik/toko obat).
    Cara menggunakan test kit tersebut, yaitu : teteskan garam dapur dengan cairan yodina, maka akan terlihat perubahan warna garam putih menjadi biru keunguan pada garam yang beryodium. Semakin tua warnanya, semakin baik mutu garam beryodium.
  5. Bagaimana jika tidak tersedia test kit dan cairan yodina ?
    1. Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.
    2. Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air kedalam tempat yang bersih.
    3. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
    4. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium.

Yang perlu disampaikan pada ibu agar memberikan ASI saja ("ASI Eksklusif") pada bayi usia 0-4 bulan.
  1. Pengertian pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja atau dikenal dengan istilah "ASI Eksklusif", yaitu : tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI pada bayi umur 0-4 bulan.
  2. Kegunaan memberikan ASI saja, yaitu :
    1. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya pada bayi.
    2. ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan ormal pada bayi sampai berumur 4 bulan.
    3. ASI yang pertama keluar disebut kolustrum berwarna kekuningan, dan mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu harus diberikan kepada bayi dan jangan sekali-sekali dibuang.
    4. Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan.
    5. Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
  3. Akibat tidak memberikan ASI saja pada bayi, yaitu :
    1. Bila bayi umur 0-4 bulan diberi makanan lain selain ASI, dapat terjadi gangguan alat pencernaan.
    2. Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit.
    3. Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi tidak cocok dengan susu bubuk atau cara membuatnya tidak bersih, dan pengeluaran biaya rumah tangga lebih banyak.
    4. Mengurangi ikatan cinta kasih antara ibu dan anak.


Yang perlu disampaikan pada keluarga agar biasa makan pagi
  1. Pengertian makan/sarapan pagi, yaitu : makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari.
  2. Manfaat makan/sarapan pagi, yaitu :
    1. Untuk memelihara ketahanan tubuh, agar dapat bekerja atau belajar dengan baik.
    2. Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran.
    3. Membantu mencukupi zat gizi.
  3. Akibat tidak makan pagi, yaitu :
    1. Badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga.
    2. Tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan pagi hari dengan baik.
    3. Anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik dan malas.
    4. Orang dewasa hasil kerjanya menurun.
  4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum biasa makan pagi, yaitu :
    1. Jelaskan keuntungan seseorang bila membiasakan diri makan pagi.
    2. Anjurkan makan pagi sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga.
    3. Gunakan bahan makanan yang tersedia dan mudah dibuat dikeluarga atau mudah didapat di daerah setempat.
    4. Berikan contoh-contoh makan pagi yang sederhana dan bergizi.

    dari www.dinkes-dki.go.id