Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Seminar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Disusun Oleh :
Y
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2007
UJI KUALITAS PEMANFAATAN SUSU MUTU RENDAH SEBAGAI CAMPURAN OLAHAN KERUPUK DENGAN PENAMBAHAN ONGGOK TAPIOKA TERHADAP KADAR PROTEIN KERUPUK
A.Latar Belakang
Susu merupakan bahan pangan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan telah dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat namun hingga saat ini kualitas dan manfaatnya belum banyak dipahami oleh masyarakat.
Susu berasal dari semua hewan mamalia yaitu hewan yang mempunyai kelenjar ambing atau kelenjar susu.ada lebih dari 10.000 spesies mamalia yang menghasilkan susu diantaranya manusia yang disebut ASI (Air Susu Ibu), sapi, kambing, domba, unta, kerbau, kuda dan lain-lain. Menurut Tri Eko Susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing, yang memiliki gizi yang lengkap dibutuhkan dalam tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Susu banyak dikonsumsi dan telah memasyarakat, dalam susunan menu sehari-hari susu dipakai sebagai bahan pangan penyempurnaan yakni dalam makanan empat sehat lima sempurna ( Eirry, 2005)
Kandungan gizi dalam susu yang bermanfaat secara biologis salah satunya protein. Protein dalam susu kaya akan kandungan lisin, niacin, dan ferrum. Asam amino dalam susu dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan substansi tubuh yaitu Enzim, hormon, dan antibodi. Asam amino juga membantu dalam pembentukan sel-sel darah dan jaringan. (Manik, 2006)
Namun, walaupun susu merupakan minuman yang bergizi tinggi, tidak semua orang dapat mencerna susu dengan baik. Hal ini disebabkan oleh gangguan pencernaan yang timbul setelah mengkonsumsi susu karena tidak terpecahnya laktosa (gula susu) menjadi komponen-komponen sederhana yang dapat diserap oleh tubuh, yaitu monosakarida, glukosa, dan galaktosa. Selain itu alasan orang menghindari susu adalah karena aroma susu yang khas dan dapat menimbulkan rasa mual.
Permasalahan lain pada susu segar adalah sangat mudah rusak, Susu segar biasanya terkontaminasi oleh bakteri yang mampu berkembang cepat sekali sehingga susu menjadi rusak atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk memperpanjang daya guna, daya tahan simpan, serta meningkatkan nilai ekonomi, diperlukan teknik penanganan dan pengolahan. Salah satu alternatif upaya pemecahan masalah tersebut adalah dengan melakukan pengolahan susu yang cukup porspektif misalnya mengolahnya dalam berbagai bentuk, dengan olahan yang beragam mulai dari susu pasteurisasi (Yogurt, Kefir, Dadih, Keju dan lain-lain) atau produk lain seperti Dodol susu, karamel susu, Steak susu, yang banyak ditemui di sentra-sentra produksi susu. Produk-produk susu tersebut diyakini masih mempunyai nilai gizi tinggi, khususnya kadar protein. Selain itu dapat sebagai bahan campuran berbagai olahan masakan, salah satunya adalah pada olahan kerupuk (kerupuk susu).
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang di buat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Adapun jenis-jenis kerupuk antara lain: Kerupuk udang, kerupuk bawang, kerupuk kulit, kerupuk mlarat, kerupuk jengkol, kerupuk gendar, kerupuk sanjai, kerupuk rengginang (Anonim, 2007)
Agar protein yang terdapat pada kerupuk bertambah susu sapi yang encer dicampur kedalam olahan tersebut. Warna, tekstur, dan rasapun berbeda. Meski kerupuk dengan pencampuran susu yang encer sudah mempunyai banyak kandungan gizi, tetapi perlu ditambahkan bahan lain untuk lebih meningkatkan kandungan gizinya, dan untuk penambahan protein ini dapat digunakan Onggok tapioka.
Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu. Karena kandungan proteinnya yang cukup ( 3,6 %) limbah tersebut belum dimanfaatkan orang (Tarmudji, 2004).
. Kandungan zat gizi onggok tapioka adalah 3,6 % protein kasar, 2,19% serat kasar, 0,33% lemak kasar, 0,01% Ca dan 0,33% Phospor.
Dan apabila penggabungan dua unsur yaitu unsur mutu rendah susu encer dan onggok tapioka maka kandungan protein kerupuk akan lebih meningkat.selain itu juga kerupuk tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu solusi pemanfaatan bahan-bahan kualitas rendah untuk dijadikan olahan kualitas tinggi dan lebih berdaya guna. Penambahan onggok tapioka pada pembuatan tempe kedelai mampu menaikkan kadar protein tempe (Ikawati, 2006).
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul “UJI KUALITAS PEMANFAATAN SUSU MUTU RENDAH SEBAGAI CAMPURAN OLAHAN KERUPUK DENGAN PENAMBAHAN ONGGOK TAPIOKA TERHADAP KADAR PROTEIN KERUPUK”.
B.Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :
1.Subyek penelitian : Susu kualitas rendah (rusak atau encer) akan diolah kurang lebih satu jam setelah empat jam, delapan jam, dan dua belas jam, di perah.
2.Objek penelitian : Kerupuk susu dengan penambahan onggok tapioka.
3.Parameter dalam penelitian ini adalah Uji Organoleptik meliputi: Tekstur (kerapuhan), Warna, Rasa/Aroma dan kadar protein.
C.Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya perumusan masalah untuk mempermudah langkah-langkah pemecahan. Adapun rumusan masalah itu adalah :
1.Bagaimana kandungan protein dari pemanfaatan susu sapi berkualiatas rendah sebagai campuran kerupuk dengan penambahan onggok tapioaka ?
2.Bagaimana aroma warna, tekstur dari kerupuk susu dan kerupuk susu dengan penambahan onggok tapioka?
D.Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui kandungan protein dan pemanfaatan susu sapi berkualitas rendah sebagai campuran dalam olahan kerupuk dengan penambahan onggok tapioka.
2.Untuk mengetahui aroma, warna, dan tektur dari kerupuk susu dengan penambahan onggok tapioka.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1.Memberi sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan bahwa dalam pemanfaatan susu kualitas rendah ( encer ) menjadi olahan kerupuk susu dengan penambahan onggok tapioka
2.Meningkatkan nilai guna onggok tapioka sehingga lingkungan akan sehat dan bersih.
F.Tinjauan Pustaka
1.Susu
a.Pengertian Susu
Susu merupakan bahan pangan alami dengan nilai nutrisi yang lengkap dan telah di konsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing atau mammae dari ternak. Susu diperoleh dari pemerahan ambing mamalia yang sehat mengandung yang sehat dan mengadung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis garam dan vitamin. Susu adalah cairan yang bernilai gizi tinggi baik untuk manusia, hewan muda dan cocok untuk media tumbuh mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi (Susilorini, 2007)
Susu berasal dari semua hewan mamalia yaitu hewan yang mempunyai kelenjar ambing atau kelenjar susu. Dan ada lebih dari 10.000 spesies mamalia yang menghasilkan susu.(Nana,1998)
b.Komposisi Susu
Komposisi susu terdiri atas Air, lemak, dan bahan kering tanpa lemak. Sementara bahan kering tanpa lemak terdiri atas protein, laktosa, mineral, enzim, vitamin. Dimana prosentase atau jumlah dalam masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi tergantung dari bangsa ternaknya (Rini, 2006)
Komposisi Susu lebih lengkap dari pada bahan pangan yang lain. Artinya Komponen-komponen yang di butuhkan oleh tubuh itu semuanya terdapat dalam susu. Dimana komponen-komponen utamanya adalah Protein, lemak, hidrat arang, Air (Hadiwiyoto,1994).
Tabel 1. Komponen kimiawi rata-rata susu sapi dan variasinya
Komponen
Rata-rata %
Variasi
Protein
3,6
29 – 5,0
Lemak
3,7
2,5 – 6,0
Gula/laktosa
4,8
3,6 – 5,5
Mineral
0,7
0,6 – 0,9
Air
87,2
85,5 – 89,5
Total Padatan
13,0
10,5 – 14,5
Sumber (Tri Eko, 2007)
Komponen terbanyak susu adalah Air, jumlahnya mencapai 84-89%. Air merupakan tempat terdispersinya komponen-komponen susu yang lain ( Ikawati, 2006)
c.Sifat-sifat air susu
Air susu yang normal atau sehat mempunyai sifat-sifat tertentu :
1).Warna
Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning-kuningan dan tak tembus cahaya. Air susu yang berwarna dan agak merah atau biru, terlalu encer seperti air, adalah air susu yang tak normal.
a).Warna air susu yang kemerah-merahan memberi dugaan bahwa air susu tersebut berasal dari sapi yang menderita mastitis
b).Warna kebiruan menunjukkan bahwa air susu telah dicampur air terlampau banyak.
c).Sedang air susu yang berlendir, bergumpal, menandakan bahwa air susu tersebut sudah rusak ( asam ).
2).Bau dan Rasa
Air susu yang masih segar dan murni memiliki bau yang khas.
a).Bau yang asam menunjukkan bahwa air susu sudah basi, terlalu lama disimpan.
b).Air susu yang berbau busuk menandakan bahwa air susu sudah rusak sekali
c).Air susu yang rasanya asin, atau mungkin agak masam, pahit menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak.
d).Rasa hambar, berarti air susu itu banyak dicampuri air.
2.Onggok Tapioka
Singkong termasuk ubi akar yang mengandung cadangan energi dalam bentuk KH (amilum). Sumber KH banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Di beberapa daerah dikonsumsi sebagai makanan pokok. Sebagai pengganti nasi perlu mendapatkan cukup lauk-pauk untuk menambah protein. Zat gizi yang terkandung dalam 100 gr singkong adalah 154 kalori, 36,8 gr KH, 1 gr protein dan 0,3 gr lemak (Dyah, 2002).
Onggok merupakan limbah padat dari industri tapioka yang masih mengandung kadar tepung yang cukup tinggi. Produksinya cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, onggok dalam keadaan kering mengandung 0,01 % asam sianida, sedangkan kandungan zat gizinya adalah 3,6 % protein kasar, 2,19% serat kasar, 0,033% lemak kasar, 0,01% Ca dan 0,033% phospor. (Ikawati, 2006)
Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu, proses pengolahan tepung tapioka, limbah yang di hasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah ini mempunyai beberapa kegunaan bila diolah kembali. Kulit singkong dapat di manfaatkan untuk pakan ternak, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai bahan baku industri, asam sitrat, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak (Anonim, 2000).
3.Pengujian Organoleptik
Pada makanan pengawasan dan evaluasi bahan makanan dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara (teknik salah satunya adalah evaluasi Organoleptik). Evaluasi Orgaoleptik adalah pemeriksaan dan penilaian (warna, bentuk, kondisi bersih atau kotor), peciuman (bau, aroma), peraba (tekstur), pendengaran dan pengecap (Soekanto,1999)
4.Kerupuk
a.Pengertian Kerupuk
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang di buat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan.kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan di goreng dengan minyak goreng yang banyak.(Anonim, 2007)
Kerupuk bertekstur garing dan sering di jadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. (Anonim, 2007)
b.Kerupuk Susu
Kerupuk susu adalah makanan ringan yang terbuat dari Susu yang memiliki nilai jual rendah karena memiliki kualitas yang rendah pula atau biasa di sebut sebagai Susu pecah (Datipah, 2007)
c.Macam-macam Kerupuk
Kerupuk biasanya di jual di dalam kemasan yang belum digoreng, dengan beragam jenis. Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah atau kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya di buat dari adonan sagu di campur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan biasanya yang sulit mengembang ketika di goreng, perlu di goreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu di goreng terlebih dahulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum di pindahkan kedalam wajan berisi minyak goreng panas. (Anonim, 2007)
Jenis kerupuk yang lain seperti kerupuk kemplang, kerupuk gendar, kerupuk jengkol, kerupuk sanjai, kerupuk bawang putih, kerupuk rengginang, dan kerupuk susu yang bisa menjadi alternatif cemilan sehat.(Ifah, 2006)
d.Protein
1.Pengertian Protein
Protein adalah senyawa organik yang besar yang mengandung atom karbon, nitrogen, oksigen, hidrogen, dan beberapa diantaranya mengandung sulfur, phospor, besi atau mineral lain. (Khansan, 2003).
Protein disusun dari 23 atau lebih unit sederhana yang disebut asam amino artinya protein tersebut mengandung gugus asam atau karboksil (-COOH) dan gugus amino (-NH2) yang bersifat basa sehingga menyebabkan protein bersifat Amfoter yaitu mampu bersifat dan bereaksi sebagai basa dan asam. Dengan demikian protein mempunyai mekanisme untuk mencegah pembentukan pH yang tiba-tiba di dalam tubuh. Selain itu protein adalah senyawa organik yang berat molekulnya tinggi mengandung unsur-unsur C, H, O dan N, serta beberapa protein mengandung sulfur dan phospor (Dyah, 2002).
2.Jenis-jenis Protein
Jenis-jenis protein adalah protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan, jenis protein ini banyak dan sangat bervariasi dalam bentuk sajian makanan sehat yang kaya akan protein yaitu tahu, tempe dan lain-lain. Jenis protein yang lain adalah protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan salah satunya banyak terdapat pada daging, telur dan pada kerupuk susu (Widowati, 2002).
3.Manfaat Protein
1.Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2.Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati.
3.Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam 3 kompartemen yaitu intraseluler, ekstraseluler, dan intravasekuler.
4.Mempertahankan kenetralan /Asam basa tubuh (Edward, 1987).
4.Protein Susu
Protein Susu terdiri dari Kasein, Laktalbumin dan laktoglobulin. Kasein merupakan protein yang banyak jumlahnya dari Laktalbumin dan Laktoglobulin. Namun disamping ketiga jenis protein tersebut terdapat pula jenis-jenis protein lainnya sebagai enzim Imonoglobulin (Eko, 2000)
G. Kerangka Pemikiran
Penggodogan
H.Hipotesis Penelitian
Ada peningkatan kadar protein kerupuk dalam pengolahan kerupuk dengan memanfaatkan susu bermutu rendah dan penambahan onggok.
I.Metodelogi Penelitian
a. Tempat dan waktu penelitian
Pembuatan kerupuk susu di Musuk Boyolali.
b. Alat dan bahan
1. Pada dasarnya dalam penelitian ini alat di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Alat pembuatan kerupuk susu antara lain :
Panci kecil, tampah, daun pisang, pisau, alat utuk menjemur, dandang pengukus, kompor, wajan besar.
b. Alat penelitian antara lain :
Gelas ukur, erlemenyer, pipet, spektrofotometer.
2. Adapun untuk bahan yang digunakan:
a).Bahan pembuatan kerupuk susu
Susu segar (yang sudah digumpalkan) atau tahu susu, telur, tepung tapioka, bawang putih, garam.
b).Bahan untuk analisis protein
10 gr sampel kerupuk susu, Biuret (NaOH 200 mmol/lt + Cu Sulfat 8 mmol/lt + KI 30 mmol/lt).
c. Pelaksanaan Penelitian
1.Pembuatan Kerupuk Susu
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menggodog susu pecah sampai kempel (tahu susu)
c. Mencampur tahu susu ditambah tiga bagian tepung kanji, satu butir kuning telur serta bumbu-bumbu dalam suatu wadah.
d. Menguleni Adonan tersebut sampai homogen (rata)
e . Membungkus dengan daun pisang seperti membuat lemper
f. Mengukus diatas dandang sampai masak kurang lebih satu jam
g. Mengangkatnya setelah masak kamudian mendinginkannya.
h. Mengiris tipis-tipis
i. Menjemur kerupuk sampai kering
j. Menggoreng Kerupuk setelah benar-benar kering
2.Alur Pembuatan Kerupuk Susu.
Susu kualitas rendah (pecah)
Tahu susu / susu kempel
Pengulenan sampai homogen
Pembungkusan
Pengukusan (60 menit, perebusan)
Pendinginan
Pengirisan
Penjemuran
Penggorengan
Kerupuk susu
3.Pembuatan Kerupuk Susu dengan Penambahan Onggok Tapioka
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menggodog susu pecah sampai kempel (tahu susu).
c. Mencampur tahu susu di tambah Onggok Tapioka dengan takaran sesuai keperluan yaitu 20gr, 40gr, 60gr, yang mana masing-masing ditambahkan dalam satu liter susu sapi, satu butir kuning telur serta bumbu-bumbu dalam tiga tempat/wadah..
d. Menguleni adonan tersebut sampai homogen (rata).
e. Membungkus dengan daun pisang seperti membuat lemper.
f. Mengukus diatas dandang sampai masak kurang lebih satu jam.
g. Mengangkatnya setelah masak kamudian mendinginkannya.
h. Mengiris tipis-tipis.
i. Menjemur kerupuk sampai kering.
j. Menggoreng kerupuk setelah benar-benar kering.
4.Alur Pembuatan Kerupuk Susu dengan Penambahan Onggok Tapioka.
Susu kualitas rendah (pecah) Onggok tapioka(20gr, 40gr, 60gr)
Tahu susu / susu kempel
Pengulenan sampai homogen
Pembungkusan
Pengukusan (60 menit, perebusan)
Pendinginan
Pengirisan
Penjemuran
Penggorengan
Kerupuk susu
5. Analisis kadar protein
Menganalisis kadar protein menggunakan alat Spektofotometer, prosedur analisis kadar protein menimbang 10 gr sampel. Kerupuk susu dihaluskan kemudian dimasukkan dalam Labu takar 100 ml ditambahkan 1 ml reagen warna dan diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 20 sampai 25oC, kemudian dibaca di Spektofotometer.
d.Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian eksperimen dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
Faktor 1 : Selang waktu pemerahan susu (S)
S0 : Tanpa selang waktu pemerahan susu (sebagai kontrol)
S1 : Selang waktu pemerahan susu 4 jam sebelum diolah.
S2 : Selang waktu pemerahan susu 8 jam sebelum diolah.
S3 : Selang waktu pemerahan susu 12 jam sebelum diolah.
Faktor 2 : Banyaknya Onggok tapioka (T)
T1 : Banyaknya Onggok tapioka 20 gr
T2 : Banyaknya Onggok tapioka 40 gr
T3 : Banyaknya Onggok tapioka 60 gr
Sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan :
S0T1 : Tanpa selang waktu pemerahan susu dengan banyaknya onggok tapioka 20 gr.
S0T2 : Tanpa selang waktu pemerahan susu dengan banyaknya onggok tapioka 40 gr.
S0T3 : Tanpa selang waktu pemerahan susu dengan banyaknya Onggok tapioka 60 gr.
S1T1 : Selang waktu pemerahan susu 4 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 20 gr.
S1T2 : Selang waktu pemerahan susu 4 jam sebelum diolah dengan banyakya onggok tapioka 40 gr.
S1T3 : Selang waktu pemerahan susu 4 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 60 gr.
S2T1 : Selang waktu pemerahan susu 8 jam sebelum di olah dengan banyaknya onggok tapioka 20 gr.
S2T2 : Selang waktu pemerahan susu 8 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 40 gr.
S2T3 : Selang waktu pemerahan susu 8 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 60 gr.
S3T1 : Selang waktu pemerahan susu 12 jam sebelum di olah dengan banyaknya onggok tapioka 20 gr.
S3T2 : Selang waktu pemerahan susu 12 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 40 gr.
S3T3 : Selang waktu pemerahan susu 12 jam sebelum diolah dengan banyaknya onggok tapioka 60 gr.
Tabel.2: Rancangan Percobaan dengan Perlakuan konsentrasi Susu Sapi dan Konsentrasi Onggok tapioka.
No.
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
1
S0T1
2
S0T2
3
S0T3
4
S1T1
5
S1T2
6
S1T3
7
S2T1
8
S2T2
9
S2T3
10
S3T1
11
S3T2
12
S3T3
e.Pengujian Organoleptik
Penelitian uji organoleptik kerupuk susu dengan penambahan onggok tapioka yang meliputi tekstur, warna, kelayakan konsumsi sebagai cemilan sehat dengan menggunakan Parent Test sebanyak 20 panelis.
Tabel 3 :Skor Kriteria Penelitian Pengujian Organoleptik.
Organoleptik
Skor
1
2
Warna
Putih bersih
Putih kekuningan
Aroma/Rasa
Susu/Keras
Renyah
Tekstur
Kuat
Rapuh
J. Metode Pengumpulan Data
1.Metode Eksperimen
Yaitu: Peneliti melakukan percobaan langsung pembuatan kerupuk.
2.Metode Kepustakaan
Metode ini merupakan metode bantu dalam mencari materi dari buku-buku atau sumber-sumber yang di kutip secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan dengan maksud untuk melengkapi landasan teori pembahasan yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian.
3.Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini menggunakan kamera untuk mendokumentasikan alat yang digunakan dan hasil penelitian.
K.Teknik Analisis Data
Data di analisis menggunakan Uji Anava 2 Jalur, kemudian bila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan’s Multiple Range Test ( DMRT )
Langkah analisis anava 2 jalur :
a.Menghitung jumlah kuadrat total (JKT)
JKT =
b.Menghitung jumlah kuadrat variabel A (JKA)
JKA =
c.Menghitung jumlah variabel kuadrat B (JKB)
JKB =
d.Menghitung jumlah kuadrat interaksi antar variabel A dengan B (JKAB)
JKAB =
e.Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG)
JKD = JKT – JKA – JKB – JKAB
f.Menghitung dbA = A – 1
g.Menghitung dbB = B – 1
h.Menghitung dbAB = dbA x dbB
i.Menghitung dbT = N – 1
j.Menghitung dbD = dbT – dbA – dbAB
k.Menghitung mean kuadrat variabel A (MKA)
MKA =
l.Menghitung mean kuadrat variabel B (MKB)
MKB =
m.Menghitung mean kuadarat variabel A dan B (MKAB)
MKAB =
n.Menghitung Mean kuadrat dalam (MKD)
MKD =
o.Harga F hitung untuk variabel A (FA)
FA =
p.Harga F hitung untuk variabel B (FB)
FB =
q.Harga F hitung untuk variabel A danB (FAB)
FAB =
Langkah uji Duncan sebagai berikut :
a.Menulis rata-rata setiap perlakuan berdasarkan rangkingnya.
b.Menghitung standar error rata-rata perlakuan.
c.Menentukan jarak rata-rata treatment yang dibandingkan
d.Mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Khansan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Anonim.2007. Kerupuk. Jakarta : Wikimedia Indonesia
Anonim. 2006. Tepung Tapioka. Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi
Dyah, Widowati. 2002. Gizi Kuliner I. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Eirry, Sawitri. 2006. Macam – Macam Olahan Susu. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya
Manik, Eko. 2006. Olahan Susu. Jakarta : Pusat Unit Pangan Dan Gizi
Ikawati. 2006 .Kualitas Tempe Dengan Penambahan Onggok Tapioka. Surakarta : Universitas Muhammadyah Surakarta
Ifah. Datipah . Di Buang Sayang .Bandung : Wikimedia Indonesia
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta :Penerbit Pusat Universitas Pangan dan Gizi
Soekanto, Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta : Penerbit Bharata Kata Aksara
Tarmudji. 2004. Pemanfaatan Onggok untuk Pakan Unggas. Bogor : Dimuat p ada Tabloid Sinar Tani
Tri Susilorini.2006. Produk Olahan Susu. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya
Tarwadjo, C. Soejoeti. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia