Artikel:Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Di Indonesia

Artikel Tentang Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Di Indonesia
BIRO STABILITAS SISTEM KEUANGAN
RESEARC PAPER
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN
5/4
2003
WWW.BI.GO.ID
PENDEKATAN PARAMETRIK UNTUK
EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA (Muliaman D Hadad, Wimboh Santoso, Eugenia
Mardanugraha
Dhaniel Illyas)

1
Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia

Muliaman D. Hadad1
; Wimboh Santoso2
; Eugenia Mardanugraha3
; Dhaniel Illyas
4


Desember 2003

Abstraksi

Efficiency is a theoretically parameter that can be used as base of all
performance in a bank. Using parametric approach, there are two method of
estimating efficiency. They are stochastic frontier approach (SFA) and
distribution free approach (DFA). The two method results the same bank as the
most efficient bank in the sample. Both methods used in this study are measured
in percentage. Closer to 100% means a bank acts more efficient. In each period
(in this study we use monthly and yearly), there are efficiency score, which is
resulted by comparing one bank to others in sample. It implies that one bank
acts as the most efficient bank in each year (and month) relatively to others.
The efficiency score for the most efficient bank is 100%. Those two methods also
shows that bank merger in Indonesia do not always make a more efficient bank.
Foreign bank category is the most efficient bank category compared to others
bank category.

Keywords: Bank Efficiency, Merger
JEL Classification: G21, C34





1
Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan – Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan,
Bank Indonesia ; e-mail address : muliaman@bi.go.id
2
Peneliti Bank Eksekutif Biro Stabilitas Sistem Keuangan – Direktorat Penelitian dan
Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia ; e-mail address : wimboh@bi.go.id
3
Peneliti LPEM - Universitas Indonesia
4
Peneliti LPEM - Universitas Indonesia 2
I. Pendahuluan

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi.
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi
dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output
yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input
yang minimum dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya
pemisahan antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi
teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dengan diidetifikasikannya
alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab
ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-
kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja sebagaimana disebutkan di
atas. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang
baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan.
Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak
diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia
perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement, Legal Lending
Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah contoh peraturan-peraturan
yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di dunia perbankan. Sedangkan dengan
menggunakan metode parametrik, ada 2 pendekatan untuk menghitung efisiensi,
yaitu stochastic frontier approach (SFA) dan distribution free approach (DFA)
Tulisan ini akan menggunakan kedua pendekatan tersebut untuk menghitung
tingkat efisiensi dari bank-bank di Indonesia.
Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab ketidakefisienan
tersebut sehingga dapat pula dibuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada
langkah- langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh perbankan di Indonesia.
Dengan adanya tulisan ini diharapkan pula pengambil kebijakan mengambil
langkah- langkah tepat baik bagi bank yang sudah sangat tidak efisien (exit
policy).
Dalam tulisan ini akan diuraikan salah satu kebijakan yang diambil agar bank
bertindak lebih efisien yaitu merger. Dalam tulisan ini dapat dilihat apakah
penggabungan usaha bank di Indonesia secara empiris mendorong peningkatan
efisiensi dari bank yang bersangkutan. 3
II. Teori

2.1. Stochastic Frontier Approach (SFA)
Analisis dari SFA didasarkan pada sebuah cost frontier, yang dapat
diekspresikan dalam bentuk:

? ? ß , w , y c E i i i
? , i =1,2,…,I (2.1)

Dimana:

? ? ? n ni ni i
T
i i
x w x w E

adalah pengeluaran yang dilakukan oleh bank
ke-i.
? ? 0 y ,..., y y mi i 1 i
? ? adalah vektor dari kuantitas output yang
diproduksi oleh bank ke-i.
? ? 0 w ,..., w w ni i 1 i
? ?
adalah vektor harga input yang dihadapi oleh
bank ke-i.

? ? ß , w , y c i i
= cost frontier yang berlaku umum untuk semua bank
? = vektor dari parameter yang harus diestimasi.

Misalnya CEi adalah efisiensi biaya dari bank ke-i, maka dari persamaan (2.1)
dapat diketahui bahwa:
? ?
i
i i
i
E
ß , w , y c
CE ? (2.2)
Persamaan (2.2) mendefinisikan efisiensi biaya sebagai rasio dari biaya
minimum yang mungkin terhadap biaya sebenarnya. Nilai CEi ? 1. Semakin kecil
nilai dari CEi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan semakin tidak efisien.
Pada persamaan (2.1) cost frontier ? ? ß , w , y c i i
bersifat deterministik.
Formulasi deterministik yang demikian mengabaikan fakta bahwa biaya mungkin
dipengaruhi oleh gangguan acak ( random shock) yang tidak dapat dikendalikan
oleh bank.
Stochastic cost frontier dapat dituliskan sebagai:
? ? } v exp{ . ß , w , y c E i i i i
? (2.3)
dimana: ? ? ? ? } v exp{ . ß , w , y c i i i
adalah stochastic cost frontier. Stochastic
cost frontier terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian deterministik ? ? ß , w , y c i i
yang
berlaku sama untuk semua bank dan bagian acak } v exp{ i
yang berlaku khusus
untuk setiap bank. } v exp{ i
menangkap gangguan acak pada setiap bank. Jika 4
cost frontier bersifat stochastic, ukuran yang tepat untuk efisiensi biaya adalah:
? ?
i
i i i
i
E
} v exp{ . ß , w , y c
CE ? (2.4)
yang mendefinisikan efisiensi biaya sebagai rasio dari biaya minimum yang
dapat dicapai dalam lingkungan yang dikarakteristikan dengan } v exp{ i
terhadap
biaya yang sesungguhnya. Nilai CEi ? 1. Semakin kecil nilai dari CEi menunjukkan
bahwa bank yang bersangkutan semakin tidak efisien.
Model dasar pada pendekatan ini mengasumsikan bahwa biaya total yang
dikeluarkan oleh sebuah bank berbeda dari biaya optimal karena adanya random
noise ui dan komponen inefiensi v i. Biaya total dapat untuk bank ke-i dapat
dituliskan dalam bentuk:
? ? n i i n e P ln , Q ln f TC ln ? ? (2.5)
Dimana:
TCi = biaya total dari perusahaan n
Qi = kuantitas output
Pi = harga input
?i = komponen error yang terdiri dari dua bagian dalam bentuk:
i i i
v u e ? ? (2.6)
ui = faktor error yang dapat dikendalikan
vi = faktor error yang bersfifat random yang tidak dapat dikendalikan
Asumsi yang digunakan oleh persamaan (2.5) di atas adalah:
vi ? iid N(0,?
2
v) (identical and independent distributed)
ui ? iid N+
(0,?
2
u) (identical and independent distributed)
vi dan ui berdistribusi secara independent dan identik satu sama lain dan juga
terhadap variabel -variabel independent-nya.
Fungsi densitas marginal dari ?, f(?) merupakan fungsi yang berdistribusi
secara asimetris dengan nilai tengah (mean) dan ragam (variance) sebagai
berikut:
? ? ? ?
p
2
s u E e E u ? ? ? (2.7)
? ? 2
v
2
u s s
p
2 p
e Var ?
?
? (2.8)
melalui persamaan (2.7) dapat diestimasi nilai dari
u ? . Setelah itu melalui
persamaan (2.8) dapat diestimasi nilai dari
2
v s . Estimasi nilai dari
u s merupakan
kunci untuk memberikan nilai-nilai pada persamaan (2.9) yang digunakan untuk 5
mengestimasi nilai dari u, yaitu error yang digunakan untuk mengukur efisiensi:
Inefisiensi diperoleh dengan menggunakan persamaan:
? ?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
s
? e
s
? e
F
s
? e
f
? 1
s?
e u E i
i
i
2 i
(2.10)
Kritik dari stochastic frontier approach adalah bahwa asumsi distribusi
terlalu mengikat untuk digunakan pada pendugaan satu titik observasi
menggunakan data tahun tunggal. Distribution free approach merupakan metode
untuk memperbaiki kritik ini.

2.2. Distribution Free Approach
Efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank dengan biaya
terendah yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang sama pada kondisi
yang sama. Pengukuran efisiensi biaya diturunkan dari fungsi biaya dimana biaya
variabel tergantung dari harga dari input variabel, kuantitas dari output factor
inefisiensi dan random error dari efisiensi.

Fungsi biaya dapat dituliskan dalam bentuk:
? ? c c e , u , q , p c C ? (2.11)

dimana:
c: Biaya variable
p: Vektor harga input
q: Vektor kuantitas output
uc: Faktor inefisiensi yang dapat meningkatkan biaya di atas biaya
minimum
?c: Kesalahan acak (Random error)

Untuk menyederhanakan, inefisiensi uc dan error term ec diasumsikan
membentuk fungsi biaya secara multiplikatif. Sehingga persamaan (2.11) di atas
dapat dituliskan dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:
? ? c c e ln u ln q , p f C ln ? ? ? (2.12)

Efisiensi biaya dari sebuah bank, katakanlah bank b, didefinisikan sebagai
estimasi biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi output dari bank b jika bank
yang paling efisien dalam sampel menggunakan variabel exogen yang sama (p,q) 6
dengan bank b, kemudian hasilnya dibagi dengan biaya aktual bank b. Secara
matematis dapat dituliskan dalam bentuk:
b
min
C ˆ
C ˆ
b Eff Biaya ?
? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? b
c
b b
min
c
b b
u ˆ ln exp x q , p f ˆ exp
u ˆ ln exp x q , p f ˆ exp
? =
b
c
min
u ˆ
u ˆ
(2.13)

Efisiensi biaya menurut distribution free merupakan pengukuran relatif
terhadap suatu perusahaan dibandingkan dengan efisiensi suatu perusahaan
tertentu. Efisiensi dari institusi dalam sampel diturunkan melalui referensi dari
efisiensi dari institusi yang paling efisien dalam sampel. Keuntungan dari
pendekatan ini adalah bahwa asumsi tentang distribusi yang kuat dari efisiensi
dapat dihindari.

III. Metode dan Data

Perhitungan efisiensi dengan menggunakan metode parametrik
membutuhkan suatu pendugaan fungsi biaya sebagai frontier untuk mengetahui
tingkat efisiensi suatu bank. Tetapi sebelum menentukan fungsi biaya yang
digunakan, input dan output dari bank harus ditentukan terlebih dahulu.

3.1. Spesifikasi input dan output
Dalam penelitian ini penentukan input dan output dari suatu bank
menggunakan asset approach (deposito sebagai input) dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
1. Sebagian besar penelitian yang pernah dilakukan untuk mengukur
efisiensi perbankan adalah dengan menggunakan asset approach. Dengan
menggunakan pendekatan ini, maka mudah untuk dilakukan penelitian-
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan efisiensi perbankan,
maupun membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya.
2. Peranan dari bank di Indonesia adalah sebagai institusi finansial yang
mengumpulkan tabungan (yang merupakan surplus unit) dan
mengubahnya menjadi kredit yang merupakan defisit unit. Atau dengan
perkataan lain, fungsi intermediaries dari bank penting untuk diteliti.
3. Jika deposito diperhitungkan sebagai output, Deposit services dikenakan
kepada nasabah bank dalam bentuk membayar tingkat bunga di bawah 7
tingkat bunga pasar (SBI) daripada mengenakannya dengan harga tertentu
sebagai fee dari service. Sehingga sulit ditentukan harga dari deposito.

3.2. Spesifikasi Fungsi Biaya
Fungsi biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi biaya
translog. Ada dua macam fungsi translog yang digunakan dalam penelitian. Kedua
bentuk tersebut digunakan untuk mengestimasi dengan menggunakan data yang
berbeda. Pertama, adalah data yang t idak dikelompokkan untuk menghasilkan
skor efisiensi hasil perbandingan seluruh bank di Indonesia. Kedua, adalah data
yang dikelompokkan berdasarkan kategori bank, yang akan menghasilkan skor
efisiensi hasil perbandingan bank-bank dalam satu kelompok dan k ategori bank
mana yang paling efisien.
Fungsi translog yang pertama diestimasi dengan menggunakan data laporan
keuangan dan neraca bulanan dan tahunan (yang merupakan akumulasi dari
laporan keuangan dan neraca bukanan bank) dari seluruh bank di Indonesia dalam
periode waktu Januari 1995 sampai dengan Juni 2003. Jumlah bank yang
digunakan untuk dalam estimasi ini adalah sebanyak 167 bank. Dengan ada
sebanyak 17034 observasi yang digunakan dalam mengestimasi fungsi biaya.
Bentuk fungsi translog dengan menggunakan 2 variabel input dan 3 variabel
output adalah sebagai berikut:
T t P ln ß Q ln a a TC ln 1 i
2
1 i
i i
3
1 i
i 0 ? ? ? ? ? ?
? ?

?
?
?
?
?
?
?
?
? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ?
2
11 j i
2
1 i
2
1 j
ij j i
3
1 i
3
1 j
ij
T t P ln P ln ? Q ln Q ln d
2
1

T Q ln ? T P ln ? Q ln P ln ? j
3
1 j
jt i
2
1 i
it j i
2
1 i
3
1 j
ij ? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? (3.1)


Adapun definisi variabel-variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
berikut ini:





8

Tabel 3.1
Definisi Variable Yang Digunakan Untuk Fungsi Translog
Symbol Definisi
Variabel Input:
P1 (Price of labor) Beban personalia dibagi total aktiva
P2 (Price of funds) Beban bunga dibagi dengan total pasiva
Variabel Output:
Q1 Kredit yang diberikan pihak terkait dengan bank
Q2 Kredit yang diberikan pihak lainnya
Q3 (Securities) Surat berharga yang dimiliki

Fungsi translog yang kedua, digunakan untuk memperoleh skor efisiensi bank
yang diperoleh dengan membandingkan efisiensi bank-bank pada satu kelompok
bank. Akibat bank-bank dikelompokkan berdasarkan kategori derajat bebas dari
data tidak cukup untuk dapat melakukan estimasi dengan menggunakan fungsi
translog seperti pada persamaan 3.1. Cara yang dilakukan agar tetap dapat
mengetimasi fungsi biaya adalah dengan menyederhanakan bentuk fungsi
translog, tampa menggunakan variabel waktu sebagai berikut :
i
2
1 i
i i
3
1 i
i 0 P ln ß Q ln a a TC ln ? ?
? ?
? ? ?
j i
2
1 i
3
1 j
ij j i
2
1 i
2
1 j
ij j i
3
1 i
3
1 j
ij
Q ln P ln ? P ln P ln ? Q ln Q ln d
2
1
? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
? ? (3.2)

Model panel data yang digunakan untuk mengestimasi kedua bentuk fungsi di
atas adalah dengan menggunakan model fixed effect. Alasan digunakannya fixed
effect adalah pertama, data yang digunakan tidak cukup untuk diestimasi dengan
menggunakan model random effect. Jumlah observasi cross section harus lebih
banyak dari jumlah variabel yang digunakan, jika menggunakan random effect.
Karena pendugaan dibagi ke dalam kelompok bank, maka observasi cross section
tidak cukup untuk dapat diestimasi dengan menggunakan random effect.
Nilai efisiensi baik dengan menggunakan metode DFA dan menggunakan
metode SFA adalah d alam bentuk persentase. Semakin mendekati nilai 100%
menunjukkan bahwa suatu bank bertindak semakin efisien. Dalam setiap
periodenya (dalam hal ini dalam setiap bulan), dihasilkan nilai efisiensi yang
relatif terhadap bank-bank yang termasuk dalam perhitungan. Artinya, ada satu
bank yang bertindak paling efisien dalam setiap tahunnya dan efisiensi dari bank- 9
bank lainnya yang terdapat dalam satu kategori diukur secara relatif terhadap
bank tersebut. Bank yang paling efisien mempunyai nilai efisiensi tertinggi yaitu
100%.

IV. Hasil

Seperti telah dijelaskan di atas, estimasi efisiensi perbankan yang akan
dilakukan dalam studi ini adalah dengan menggunakan dua buah metode
parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free
Approach (DFA). K edua metode perhitungan efisiensi tersebut terlebih dahulu
memerlukan pedugaan dari suatu fungsi biaya secara ekonometrika, kemudian
nilai-nilai residual dari pendugaan fungsi biaya tersebut yang digunakan untuk
menghitung dengan menggunakan kedua metode di atas. Teknik untuk
memperoleh ukuran efisiensi perbankan secara parametrik beserta dengan
perangkat lunak yang digunakan dalam studi ini, selengkapnya adalah mengikuti
alur berikut ini:

Gambar 4.1
Alur Teknik Estimasi Efisiensi Perbankan Parametrik

Excel
Eviews
Excel
SFA DFA
Residual
Evaluasi Fungsi Biaya
Estimasi fungsi biaya
Cleaning data
Transformasi Data
Row Data


Seperti yang dapat dilihat pada alur di atas, perangkat lunak yang digunakan
untuk mengestimasi nilai efisiensi adalah perangkat lunak Eviews dan Microsoft
Excel. Perangkat lunak Eviews digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya dengan 10
menggunakan metode panel data, sedangkan perangkat lunak microsoft excel
digunakan untuk mengolah hasil residual dari eviews untuk menghitung nilai
efisiensi dari masing-masing bank dengan menggunakan rumus sesuai dengan
metode yang digunakan (SFA atau DFA).

4.1. EFISIENSI BANK BULANAN
Deskripsi dari statistik untuk data yang digunakan untuk periode bulanan
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Data Bulanan
Symbol Mean Standard Deviasi Minimum Maximum
Total Cost 6,468,025.22 64,452,656.74 346.00 3,211,738,221.00
P1 0.03 0.61 0.00 56.57
P2 1.31 51.39 (0.81) 4,345.26
Q1 45,347.04 215,756.49 6.00 3,793,096.00
Q2 2,190,688.88 6,682,178.51 8.00 97,273,187.00
Q3 1,918,159.28 12,766,056.99 1.00 185,657,583.00
Sumber : Hasil Pengolahan

Nilai efisiensi baik dengan menggunakan metode DFA dan menggunakan
metode SFA adalah dalam bentuk persentase. Semakin mendekati nilai 100%
menunjukkan bahwa suatu bank bertindak semakin efisien. Dalam setiap
periodenya (dalam hal ini dalam setiap bulan), dihasilkan nilai efisiensi yang
relatif terhadap bank-bank yang termasuk dalam perhitungan. Artinya ada satu
bank yang bertindak paling efisien dalam setiap bulannya, dan efisiensi dari
bank-bank lainnya diukur secara relatif terhadap bank tersebut. Bank yang paling
efisien mempunyai nilai efisiensi tertinggi yaitu 100%. Sebagai contoh, selama
tahun 2003, bank yang bertindak paling efisien bank-bank dengan nomor ID yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini:








11

Tabel 4.3
Bank-Bank Yang Paling Efisien Pada Tahun 2003 Sampai Dengan Bulan Juni
Bulan Berdasarkan SFA Berdasarkan DFA
Januari ID_19 ID_19
Februari ID_883 ID_883
Maret ID_53 ID_53
April ID_95 ID_95
Mei ID_883 ID_883
Juni ID_53 ID_53
Sumber : Hasil Pengolahan5


Bank yang dinilai paling efisien adalah bank yang nilai efisiensinya a dalah
100%. Dari tabel di atas terlihat adanya konsistensi bank-bank yang mempunyai
nilai 100% pada tahun 2003, berdasarkan perhitungan SFA dan DFA. Dengan
menggunakan nilai-nilai efisiensi bulanan, dapat dibuat berbagai analisis dan
aplikasi kebijakan terhadap bank-bank di Indonesia secara khusus, maupun
kebijakan perbankan secara umum.

4.2. EFISIENSI BANK TAHUNAN
Karena terlalu banyaknya observasi untuk periode data bulanan, maka
analisis efisiensi perbankan juga dilakukan dengan menggunakan periode data
tahunan. Untuk menjaga kekonsistenan pengolahan data, maka sama halnya
dengan estimasi dengan menggunakan periode data bulanan, estimasi untuk
periode data tahunan dilakukan dengan menggunakan bentuk fungsi translog,
seperti yang terdapat pada persamaan 4.1 di atas. Model panel data yang
digunakan juga menggunakan model fixed effect. Dekripsi statistik dari nilai-nilai
yang digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya untuk data tahunan dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:








5 Nama bank tidak dipublikasikan 12

Tabel 4.4
Deskripsi Statistik Data Tahunan
Symbol Mean Standard Deviasi Minimum Maximum
Total Cost 52,363,269.57 39,402,439.48 8,674.00 8,084,234,521.00
P1 0.21 4.63 0.00 121.00
P2 2.18 35.46 0.00 845.00
Q1 1,166,882.46 20,561,587.72 0.06 541,305,682.00
Q2 28,087,686.19 78,547,209.19 10.00 925,573,229.00
Q3 14,941,740.44 109,677,942.60 22.00 2,067,108,682.00
Sumber : Hasil Pengolahan

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan ID dari bank yang paling efisien dari tahun
1995 sampai tahun 2003:

Tabel 4.5
ID Bank-Bank Yang Paling Efisien Dari Tahun 1995 Sampai Tahun 2003
Tahun Berdasarkan SFA Berdasarkan DFA
1995 N.A N.A
1996 ID-401 ID-401
1997 ID-337 ID-337
1998 ID-53 ID-53
1999 ID-257 ID-257
2000 N.A ID-337
2001 ID-151 ID-151
2002 ID-187 ID-187
2003 ID-39 ID-39
Sumber : Hasil Pengolahan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perhitungan dengan menggunakan SFA
dan DFA menghasilkan bank yang paling efisien adalah sama untuk setiap periode
tahun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, untuk menentukan bank mana
yang bertindak paling efisien, menggunakan metode DFA dan SFA adalah sama
saja.
Sebagai contoh, misalnya kita ingin menganalisis efisiensi bank dengan ID
187. Perubahan efisiensi dari waktu ke waktu dengan menggunakan dua buah
metode, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
13
Gambar 4.2
Efisiensi bank dengan ID 187 periode 1995 – 2003
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SFA
DFA


Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bank dengan ID 187 merupakan
bank-bank yang p aling efisien pada tahun 2002. Sedangkan untuk tahun-tahun
lainnya, nilai efisiensi berdasarkan SFA belum tentu sama dengan nilai efisiensi
dengan menggunakan DFA. Sebagai contoh pada tahun 1996, nilai efisiensi
dengan menggunakan SFA relatif tinggi dibandingkan dengan nilai efisiensi SFA
untuk tahun-tahun lainnya, sedangkan nilai efisiensi dengan menggunakan DFA
merupakan nilai efisiensi yang relatif rendah. SFA menghasilkan nilai-nilai yang
relatif tinggi, sedangkan DFA menghasilkan nilai-nilai yang relatif beragam.
Dengan demikian, untuk melihat keragaman dari efisiensi, lebih baik digunakan
metode DFA daripada SFA. Penyebab dari keefisienan atau ketidakefisienan dari
sebuah bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, khususnya yang berkaitan
dengan bank itu sendiri.

4.2. ANALISIS MERGER BERDASARKAN ESTIMASI EFISIENSI SELURUH BANK
Tabel 4.7 berikut ini memuat nilai efisiensi bank sesudah sebelum merger
berdasarkan perhitungan SFA.





14
Tabel 4.7
Efisiensi Bank Sesudah Dan Sebelum Merger Berdasarkan SFA
Sandi bank Sandi bank Sebelum merger Sesudah merger Perubahan
129 23 90.51103 90.81936 0.30833
137 137 N/A N/A N/A
127 137 N/A N/A N/A
161 23 95.89889 90.81936 -5.07953
313 23 92.45659 90.81936 -1.63723
1549 23 N/A 90.81936 N/A
155 23 97.20841 90.81936 -6.38905
975 23 N/A 90.81936 N/A
31 23 95.88399 90.81936 -5.06463
201 23 94.0754 90.81936 -3.25604
183 23 N/A 90.81936 N/A
111 91 N/A 99.97116 N/A
91 91 N/A 99.97116 N/A
99 99 N/A N/A N/A
113 99 95.45905 N/A N/A
89 97 N/A 99.97089 N/A
125 97 N/A 99.97089 N/A
97 97 N/A 99.97089 N/A
27 27 95.52824 N/A N/A
147 27 94.59586 N/A N/A
55 27 95.16872 N/A N/A
317 27 N/A N/A N/A
739 27 N/A N/A N/A
Keterangan : Apabila nilai perubahan adalah positif menunjukkan bahwa bank
semakin efisien setelah merger.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa bank yang semakin efisien
setelah merger adalah bank dengan sandi 129 yang merger menjadi bank dengan
sandi 23. Selebihnya, setelah merger nilai efisiensinya semakin menurun.
Penurunan nilai efisiensi setelah merger ini disebabkan oleh beberapa hal. Jika
dilihat secara teknis perhitungan, nilai efisiensi yang dihasilkan sesudah dan
sebelum merger adalah nilai efisiensi yang menggunakan observasi data yang
berbeda. Oleh karena itu, bisa saja nilai efisiensi sesudah merger, meskipun
secara perhitungan lebih kecil daripada nilai efisiensi sebelum merger, namun
sebenarnya secara real bank tersebut beroperasi secara efisien sesudah merger. 15
Sedangkan tabel 4.8 berikut ini menunjukkan nilai bank sebelum dan
sesudah merger berdasarkan perhitungan DFA.

Tabel 4.8
Efisiensi Bank Sesudah Dan Sebelum Merger Berdasarkan DFA
Sandi bank Sandi bank Sebelum merger Sesudah merger Perubahan
129 23 60.88181 27.4152 -33.4666
137 137 n/a n/a n/a
127 137 n/a n/a n/a
161 23 33.06736 27.4152 -5.65216
313 23 17.43202 27.4152 9.98318
1549 23 n/a 27.4152 n/a
155 23 44.53124 27.4152 -17.116
975 23 n/a 27.4152 n/a
31 23 32.36261 27.4152 -5.54741
201 23 23.07606 27.4152 4.33914
183 23 n/a 27.4152 n/a
111 91 n/a 27.07453 n/a
91 91 n/a 27.07453 n/a
99 99 n/a n/a n/a
113 99 45.17853 n/a n/a
89 97 n/a 26.74333 n/a
125 97 n/a 26.74333 n/a
97 97 n/a 26.74333 n/a
27 27 30.59578 n/a n/a
147 27 29.07214 n/a n/a
55 27 28.44288 n/a n/a
317 27 n/a n/a n/a
739 27 n/a n/a
Keterangan : Apabila nilai perubahan adalah positif menunjukkan bahwa bank
semakin efisien setelah merger.

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa bank yang lebih efisien
setelah merger adalah bank dengan sandi 313 dan 201, dimana keduanya merger
menjadi bank dengan sandi 23. Sama halnya dengan evaluasi efisiensi bank
setelah dan sebelum merger berdasarkan perhitungan SFA, penurunan nilai
efisiensi bank sesudah merger juga dapat disebabkan oleh adanya
ketidakseragaman data yang digunakan untuk periode sebelum dan sesudah 16
merger. Dengan demikian kelengkapan dan ketelitian dalam penyajian data
sangat penting dalam perhitungan efisiensi ini. Data yang digunakan untuk
mengevaluasi efisiensi untuk setiap analisis harus diperhatikan secara khusus.

4.2. EFISIENSI BANK MENURUT KATEGORI BANK
Bank yang bertindak paling efisien menurut kelompok bank adalah bank-
bank dengan nomor ID yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.14
Bank-Bank Persero yang Paling Efisien Pada Tahun 1995 Sampai Tahun 2003
TahunBerdasarkan SFABerdasarkan DFA
1995 ID-4 ID-401
1996 ID-15 ID-4
1997 ID-15 ID-4
1998 ID-15 ID-5
1999 ID-15 ID-15
2000 ID-4 ID-15
2001 ID-15 ID-15
2002 ID-15 ID-15
2003 ID-15 ID-15
Sumber : Hasil Pengolahan

Tabel 4.15
Bank-Bank Swasta Nasional Devisa yang Paling Efisien Pada Tahun 1995
Sampai Tahun 2003
TahunBerdasarkan SFABerdasarkan DFA
1995 ID-315 ID-171
1996 ID-51 ID-315
1997 ID-329 ID-195
1998 ID-315 ID-161
1999 ID-315 ID-55
2000 ID-187 ID-51
2001 ID-291 ID-51
2002 ID-313 ID-23
2003 ID-313 ID-187
Sumber : Hasil Pengolahan

17
Tabel 4.16
Bank-Bank Swasta Nasional Non Devisa yang Paling Efisien Pada Tahun 1995
Sampai Tahun 2003
TahunBerdasarkan SFABerdasarkan DFA
1995 ID-739 ID-883
1996 ID-971 ID-739
1997 ID-971 ID919
1998 ID-971 ID-811
1999 ID-971 ID-975
2000 ID-427 ID-919
2001 ID-811 ID-971
2002 ID-811 ID-971
2003 ID-919 ID-427
Sumber : Hasil Pengolahan

Tabel 4.17
Bank-Bank Asing Campuran yang Paling Efisien Pada Tahun 1995 Sampai
Tahun 2003
TahunBerdasarkan SFABerdasarkan DFA
1995 ID-1899 ID-95
1996 ID-121 ID-1899
1997 ID-85 ID-1899
1998 ID-127 ID-107
1999 ID-1899 ID-71
2000 ID-67 ID-89
2001 ID-1899 ID-115
2002 ID-1899 ID-111
2003 ID-1899 ID-79
Sumber : Hasil Pengolahan






18
Tabel 4.18
Bank-Bank Pembangunan Daearah yang Paling Efisien Pada Tahun 1995 Sampai
Tahun 2003
TahunBerdasarkan SFABerdasarkan DFA
1995 ID-273 ID-255
1996 ID-237 ID-261
1997 ID-227 ID-265
1998 ID-227 ID-265
1999 ID-273 ID-265
2000 ID-269 ID-273
2001 ID-269 ID-273
2002 ID-269 ID-259
2003 ID-269 ID-241
Sumber : Hasil Pengolahan

Bank yang dinilai paling efisien adalah bank yang nilai efisiensinya adalah
100%. Dengan menggunakan nilai-nilai efisiensi bulanan berdasarkan kelompok
bank, maka dapat dibuat berbagai analisis dan aplikasi kebijakan terhadap bank-
bank di Indonesia secara khusus, maupun kebijakan perbankan secara umum.

4.3. EFISIENSI ANTAR KATEGORI BANK
Untuk dapat mengetahui bank dari kategori mana yang merupakan bank yang
paling efisien, maka bank yang paling efisien dari setiap kategori bank akan
diambil untuk mewakili kategori bank tersebut, untuk kemudian dibandingkan
untuk diperoleh nilai efisiensinya.
Bank-bank yang mewakili setiap kategori bank dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 4.19
Bank-bank yang mewakili Kategori bank dan alasannya (parametrik)
Kategori
Bank
ID_Bank
Perwakilan
Alasan dipilih sebagai bank perwakilan
Persero ID-15 Merupakan bank yang paling efisien pada tahun
1996,1997,1998,1999, 2001, 2002, 2003
berdasarkan SFA dan bank yang paling efisien pada
tahun 1999, 2000, 2001, 2002, 2003 berdasarkan
DFA
Swasta ID-315 Merupakan bank yang paling efisien pada tahun 19
Nasional
Devisa
1995, 1998, 1999 berdasarkan SFA dan bank yang
paling efisien pada tahun 1996 berdasarkan DFA
Swasta
Nasional Non
Devisa
ID-971 Merupakan bank yang paling efisien pada tahun
1996, 1997, 1998, 1999 berdasarkan SFA dan bank
yang paling efisien pada tahun 2001, 2002
berdasarkan DFA
Asing
Campuran
ID-1899 Merupakan bank yang paling efisien pada tahun
1995, 1999, 2001, 2002, 2003 berdasarkan SFA dan
bank yang paling efisien pada tahun 1996, 1997
berdasarkan DFA
Pembangunan
Daerah
ID-273 Merupakan bank yang paling efisien pada tahun
1995, 1999 berdasarkan SFA dan bank yang paling
efisien pada tahun 2000, 2001 berdasarkan DFA

Sama halnya dengan estimasi dengan menggunakan periode data bulanan,
estimasi untuk periode data tahunan dilakukan dengan menggunakan bentuk
fungsi translog, seperti yang terdapat pada persamaan 4.2 di atas. Model panel
data yang digunakan juga menggunakan model fixed effect. Definisi yang
digunakan juga sama seperti yang terdapat pada tabel 4.1, hanya yang digunakan
adalah laporan keuangan dan neraca tahunan yang merupakan akumulasi dari
laporan keuangan bulanan. Dekripsi statistik untuk variabel –variabel yang
digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya untuk data tahunan dapat dilihat
pada tabel 4.20 berikut ini:

Tabel 4.20
Deskripsi Statistik Data Bank Gabungan
Maximum Minimum Mean StDev
TC 1,254,819,314.00 30,386.00 99,176,333.26 319,277,842.03
Q1 1,262,197.00 0.27 362,639.95 527,082.68
Q2 457,221,536.00 290,876.00 65,434,874.68 125,808,594.23
Q3 18,892,512.00 192,718.00 3,806,936.63 4,955,140.47
P1 0.06027 0.00196 0.01574 0.01963
P2 0.34276 0.00124 0.09182 0.10735
Sumber : Hasil Pengolahan

Model panel data yang digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya dengan
menggunakan data gabungan bank-bank yang mewakili semua kategori bank tidak
lagi menggunakan fixed effect melainkan menggunakan common coeficient. Hal 20
ini disebabkan karena kita tidak memerlukan lagi koefisien yang spesifik untuk
setiap bank, karena bank-bank yang menjadi cross section observation
merupakan bank-bank yang mewakili setiap kategori yang dapat dipandang
secara umum. Hasil estimasi fungsi biaya dengan menggunakan perangkat lunak
EVIEWS dapat dilihat pada lampiran 4.11. Sedangkan skor efisiensi SFA dan DFA
selengkapnya berdasarkan data bank yang menjadi perwakilan masing-masing
kelompok dapat dilihat pada lampiran 4.12
Tabel 4.21 berikut ini menyajikan kategori bank yang paling efisien dari
tahun 1995 sampai tahun 2003:

Tabel 4.21
Kategori Yang Paling Efisien Dari Tahun 1995 Sampai Tahun 2003
Tahun Berdasarkan SFA Berdasarkan DFA
1995 Swasta Nasional Devisa Asing Campuran
1996 Asing Campuran Swasta Nasional Devisa
1997 Asing Campuran Asing Campuran
1998 Swasta Nasional Devisa Pembangunan Daerah
1999 Asing Campuran Swasta Nasional Devisa
2000 Swasta Nasional Devisa Swasta Nasional Non Devisa
2001 Asing Campuran Asing Campuran
2002 Asing Campuran Swasta Nasional Devisa
2003 Asing Campuran Persero
Sumber : Hasil Pengolahan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan SFA kategori
bank swasta nasional devisa merupakan kategori yang paling efisien pada tahun
1995, 1998 dan tahun 2000. Sedangkan untuk tahun-tahun 1996, 1997, 1999,
2001, 2002 dan 2003, kategori bank yang paling efisien adalah bank asing
campuran. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan DFA, dihasilkan
kategori bank yang paling efisien beragam dari satu tahun ke tahun lainnya.
Namun demikian bank asing campuran dan bank swasta nasional devisa seringkali
(yaitu masing-masing sebanyak 3 kali ) menjadi bank yang paling efisien selama
periode waktu 9 tahun (1995 – 2003).
Perbedaan hasil perhitungan antara metode SFA dan metode DFA disebabkan
karena sedikitnya bank yang termasuk dalam observasi yang digunakan untuk
mengestimasi fungsi biaya dan mengestimasi residual dari masing-masing fungsi
biaya. Dengan perkataan lain kurangnya keragaman dari data untuk mengestimasi
fungsi biaya.
Oleh karena itu, studi ini m erekomendasikan untuk memasukkan seluruh 21
bank ke dalam sampel terlebih dahulu untuk memperoleh ukuran efisiensinya,
kemudian setelah diperoleh hasil efisiensinya, skor dari efisiensi dikelompokkan
menurut kategori bank. Dari sana dapat baru dijawab pertanyaan apakah bank
asing merupakan bank yang beroperasi paling efisien untuk seluruh kategori bank.
Hal ini bertujuan agar keragaman dan ke-random-an dari data cukup terpenuhi
untuk dilakukannya estimasi fungsi biaya.
Meskipun demikian, dengan melihat hasil perhitungan efisiensi di atas, masih
dapat dikatakan bahwa bank asing merupakan bank yang paling efisien di antara
seluruh kategori bank, mengingat seringnya bank asing campuran muncul sebagai
bank yang paling efisien pada tahun-tahun tertentu, baik dengan menggunakan
metode perhitungan SFA maupun DFA.
Ketajaman analisis dengan menggunakan skor efisiensi yang sudah
dikategorikan seperti ini dapat dilakukan juga dengan melihat skor efisiensi suatu
kategori tertentu. Misalnya, kita ingin menganalisis efisiensi bank asing.
Perubahan efisiensi kategori bank asing dari waktu ke waktu dengan
menggunakan dua buah metode, dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3
Efisiensi kategori bank asing campuran dengan ID 187 periode 1995 – 2003
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
E
f
i
s
i
e
n
s
i
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
sfa
dfa


Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa kategori bank asing merupakan
kategori bank yang paling efisien baik menurut perhitungan SFA maupun DFA
pada tahun 1997 dan 2001. Hasil perhitungan yang konsisten antara SFA dan DFA
ditunjukkan pada tahun-tahun 1995,1997, 2001, 2002, 2003. Sedangkan 1996,
1998, 1999, 2000 menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana perbedaan
hasil pengukuran antara SFA dan DFA sangat significant.
22
V. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Hasil perhitungan dengan menggunakan 167 observasi cross section dan
periode data bulanan dari Januari 1995 sampai dengan Juni 2003 dengan
metode parametrik, tidak memungkinkan untuk digunakannya bentuk
fungsi fourier flexible karena keterbatasan memori dari perangkat lunak
eviews. Langkah yang ditempuh untuk mengatasi hal ini adalah dengan
merubah bentuk fungsi fourier flexible menjadi bentuk fungsi translog.
2. Berdasarkan metode parametrik, skor efisiensi DFA lebih beragam
dibandingkan dengan skor efisiensi SFA, jika digunakan data bulanan dan
data tahunan yang menggabungkan seluruh bank. Namun demikian, bank-
bank yang paling efisien yang dihasilkan dengan menggunakan kedua
metode adalah sama. Sehingga perhitungan dengan menggunakan DFA
dan SFA jika menggunakan observasi seluruh bank menghasilkan nilai-nilai
yang konsisten.
3. Hasil perhitungan efisiensi berdasarkan SFA dan DFA dengan
menggunakan data bank yang dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan
kategorinya, menghasilkan hasil perhitungan yang tidak konsisten.
Ketidak konsistenan ini sangat mungkin disebabkan karena kurangnya
cross section observation yang digunakan, sehingga keragaman data
berkurang. Hasil perhitungan ini juga menyimpulkan bahwa bank dengan
kategori bank asing campuran merupakan kategori yang paling efisien
dibandingkan dengan kategori lainnya.
4. Merger dari bank tidak selamanya membuat bank menjadi lebih efisien.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan data seluruh bank dengan
menggunakan metode parametrik, sedikit bank (1 d ari 6 bank) yang
meningkat skor efisiensinya setelah merger.
5. Adanya konsistensi perhitungan dengan menggunakan metode parametrik
dengan menggunakan data bulanan dan tahunan dari bank tanpa
mengelompokkan berdasarkan kategorinya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa metode parametrik efektif jika diterapkan untuk menentukan
bank yang bertindak paling efisien dalam sample tanpa terlebih dahulu
mengelompokkan bank berdasarkan kategorinya. Konsistensi ini
ditunjukkan dengan melihat ID Bank yang sama untuk bank yang
bertindak paling efisien dalam sampel, baik dengan menggunakan metode
SFA maupun metode DFA.
6. Berdasarkan metode parametrik dapat disimpulkan bahwa bank asing
campuran merupakan kategori bank yang paling efisien karena seringnya 23
muncul sebagai bank yang paling efisien baik berdasarkan metode SFA
maupun DFA.

VI. Saran

Penelitian dan analisa mengenai efisiensi perbankan harus dilakukan dengan
sangat hati-hati dan teliti, khususnya mengenai kelengkapan data dan pada saat
melakukan cleaning data. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian dari satu
observasi saja, bisa mengakibatkan perubahan score efisiensi dari semua bank.
Pendefinisian input dan output serta kelengkapan data yang digunakan juga harus
sangat diperhatikan, mengingat perhitungan yang sensitif terhadap data.
Penelitian ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan hal -hal sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai merger bank harus dilakukan dengan lebih
mendalam dan terfokus. Salah satunya, secara paremetri dapat dibuat
variabel merger sebagai variable lingkungan ( environmental variable)
dalam model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya. Dengan
demikian dapat dilihat pula apakah merger dari bank dapat
mempengaruhi biaya dari sebuah bank secara signifikan atau tidak. Pada
akhirnya dapat diputuskan apakah merger dari sebuah bank dapat
meningkatkan efisiensi bank tersebut secara individu maupun perbankan
secara keseluruhan.
2. Dalam penelitian selanjutnya, melalui perhitungan fungsi biaya yang
sudah dihasilkan dalam penelitian ini, dapat dihitung antara lain skala
ekonomi, scope ekonomi dan nilai-nilai elastisitas terhadap biaya, dari
setiap bank yang termasuk dalam sampel. Dengan menghitung dan
membahas nilai-nilai tersebut, dapat diselidiki lebih lanjut penyebab
ketidakefisienan.
3. Pada penelitian selanjutnya juga dapat dipastikan perilaku dari pihak
bank yang bersangkutan dalam mengambil keputusan dengan
menggunakan sebuah survey, sehingga perhitungan efisiensi perbankan
secara teoritis dapat dicocokan dengan perilaku efisiensi perbankan
dalam kenyataannya sehari-hari.




24
VII. Daftar Pustaka

ALLEN, LINDA & ANOOP RAI (1996): "Operational Efficiency in Banking: An
International Comparison" Journal of Money, Credit and Banking. Vol.
20, pp 655-672.
ALTUNBAS, YENER, et. Al. (2001): "Bank Ownership And Efficiency" Journal of
Money, Credit and Banking. Vol. 33, No. 4.
ASHTON, JOHN (1998): "Cost Efficiency and UK Building Socoeties, an
Econometric Panel Data Study Employing a Flexible Fourier Functional
Form". Bournemouth University, School of Finance and Law. Working
Paper Series No. 8.
BERGER, ALLEN N. & LORETTA J. MESTER (1997-1): "Inside the Black Box: what
explains Differences in The Efficiencies Of Financial Institutions?"
Federal Reserves Bank Of Philadelphia, Working Papers.
CASU, BARBARA (2002): "A Comparative Study of The Cost Efficiency of Italian
Bank Conglomerates" Managerial Finance, Vo, 28, No. 9.
DRAKE, LEIGH & MAXIMILIAN J.B. HALL (2000): "Efficiency in Japanese Banking:
An Empirical Analysis" Economic Research Paper, No. 00/25.
Departement of Economics. Loughborough University.
DRAKE, LEIGH (2001): "Efficiency in UK Building Society Branch Networks: A
Comparative Analysis Using Parametric and Non Parametric Distance
Functions" Economic Research Paper, No. 01/02. Departement of
Economics. Loughborough University.
HUGHES, JOSEPH P., et. al.: (2000): "Are Scale Economies In Banking Elusive Or
Illusive? Evidence Obtained by Incorporating Capital Structure And Risk-
Taking Into Models Of Bank Production" Federal Reserves Bank Of
Philadelphia, Working Papers.
HUGHES, JOSEPH P., et. al.: (2000): "Measuring The Effiency Of Capital Allocation
In Commercial Banking" Federal Reserves Bank Of Philadelphia,
Working Papers.
HUIZINGA, H.P., et, al (June, 2001): "Efficiency Effect of Bank Mergers and
Acquisitions in Europe" Universiteit Gent. Working Paper. 25
HUMPHREY, DAVID B. (Feb, 1997): "Bank Responses to Deregulation: Profits,
Technology, and Efficiency" Journal of Money, Credit and Banking.
Vol. 29, Issue 1, pg 73, 21 pgs.
KRAFT, EVAN, et. al. (2002): "Privatization, Foreign Bank Entry anf Bank
Efficiency in Croatia:A Fourier-Flexible Function Stochastic Cost
Frontier Analysis" Croatian National Bank, Working Papers.
KWAN, SIMON H. & ROBERT A. EISENBEIS: "An Analysis of Inefficiencies in Banking:
A Stochastic Cost Frontier Approach". Working Papers
KWAN, SIMON H. (Dec, 2001) "The X-Efficiency of Commercial Banks in Hongkong"
Federal Reserves Bank Of San Francisco & Hongkong Institute for
Monetary Research.
ZAINI, MOHD. ABD. KARIM (Dec, 2001): "Comparative Bank Efficiency Across
Select ASEAN Countries" ASEAN Economic Bulletin. Vol. 18, Issue 3, pg
289, 16 pgs. Singapore.
















26
DAFTAR RESEARCH PAPER 2003
NOMOR PENULIS JUDUL
1/5 Muliaman D Hadad Studi Biaya Intermediasi
Wimboh Santoso Beberapa Bank Besar di Indonesia
Dwityapoetra S Besar Apakah Bunga Kredit Bank Umum
Overpriced?

2/5 Muliaman D Hadad Indikator Awal Krisis Perbankan
Wimboh Santoso
Bambang Arianto

3/5 Muliaman D Hadad Kajian Mengenai Efektivitas
Satrio Wibowo Kebijakan Obligasi Rekap
Sonny Handoko
Noviati
Mirza Yuniar IM

4/5 Muliaman D Hadad Pendekatan Parametrik Untuk
Wimboh Santoso Efisiensi Perbankan Indonesia
Eugenia Mardanugraha
Dhaniel Illyas

5/5 Muliaman D Hadad Indikator Kepailitan di Indonesia :
Wimboh Santoso An Additional Early Warning Tools
Ita Rulina Pada Stabilitas Sistem Keuangan

6/5 Dadang Muljawan Analisis Mengenai Perilaku
Manajer Dalam Menghadapi Risiko

7/5 Muliaman D Hadad Analisis Efisiensi Industri
Wimboh Santoso Perbankan Indonesia :
Eugenia Mardanugraha Penggunaan Metode
Dhaniel Illyas Non Parametrik
Data Envelopment Análisis (DEA)

8/5 Agus Sugiarto Kajian Mengenai Struktur
Wini Purwanti Kepemilikan Bank di Indonesia
M Jony Hermanto
Bambang Arianto
source: bi.go.id